adored
—satu universe sama adore.
[。*゚+ ADORED +*゚。]
dala's days.
gadis itu berjalan dengan kondisi lusuh akibat lelah dengan aktivitas hari ini. bukan, bukan karena banyak agenda dari terbit hingga terbenam, namun karena dia berinteraksi dengan sesama manusia hari ini juga, rasanya dala ingin mengurung diri di kamar satu minggu penuh.
ya, tapi.. mustahil bukan?
"cas-an gua mana, nyet?"
abangnya, dito, masuk ke kamar dengan lidah entengnya— tolong jangan heran, ini bahasa mereka sehari-hari. dala memutar matanya akibat dari tingkah abangnya.
"jangan ngegas bangke, gua cape, jangan sampe kesulut, atau gua bakar lu ya." tanpa basa-basi dala melemparkan charger dito yang terletak asal di kasurnya.
"cape amat?"
"dunia ini kenapa banyak manusia sih?"
"lah..."
dito terheran-heran melihat adik perempuannya. dia selalu tau kalau dala bukan tipe yang aktif seperti saat dia di rumah— karena sekeluarga memang dekat satu sama lain. dala ini introvert yang susah berinteraksi atau minta bantuan ke orang lain. sebagai abang, jujur dito sering khawatir liat sang adik.
[。*゚+ ADORED +*゚。]
sekolah masih sepi karena dala memang suka datang lebih awal. duduk tenang sebelum anak-anak yang lain datang. ia dengan earphone bertengger, memasuki kelas.
ransel yang berat akibat padatnya jadwal mata pelajaran, ia taruh di tempat duduknya. ah, hari ini dia mendapati kursi paling belakang setelah agenda kelas untuk rolling bangku perminggu. matanya melihat sekeliling kelasnya yang kosong, apa sisi kanan kiri depan nya merupakan orang-orang yang aman untuk seharian ini?
ternyata tidak. karena baris bangku di kelas tidak sama, lingkungan teman setiap sisi bangkunya sering berubah. kali ini teman di sisi kanan dan depannya merupakan pribadi yang ingin dala hindari. tapi seenggaknya dala bisa menghindar dari guru fisikanya yang kreatif, bukan killer, tapi beliau sungguh kreatif membuat soal dan meminta murid maju menyelesaikan hal-hal sulit itu.
"dala, maju."
sumpah dah ya...
"kalo gabisa, keluar. minggu kemarin udah saya jelasin."
---
"lu oke?"
"menurut loE?"
dala menekan diakhir setelah mendengar pertanyaan tidak masuk akal dari danda, teman sebangkunya. danda menggandeng dala, memihak sisi gadis itu. sejujurnya posisi bangku mereka sudah aman dari penunjukan random guru fisika. namun, dala memang lagi apes karena didominasi lingkungan anak nakal yang suka merepotkan sekitar.
"hari apes memang gak ada di kalender, sabar sis."
dan berakhir dala dihukum berdiri diluar kelas bersama orang-orang tersebut. ini pertama kalinya dala di hukum, ia rada sentimental akan hal tersebut. namun, detik selanjutnya, tangannya terkepal kesal, ia sungguh mendendam.
"udah udah, gua beliin jajan.. eh eEH-"
danda ditarik cepat dari semangkuk makanan panas dari tangan seorang murid. keduanya jatuh ke tanah, tapi setidaknya aman dari kuah panas dan noda baju. danda memastikan kondisi dala. gadis itu melakukan hal yang sama.
"refleks lu, anjir lah."
dala bangun dan membantu hani yang ternyata jadi korban makanan panas itu. ada murid yang berlarian di kantin yang padat seperti ini. hani hilang keseimbangan dan jatuh setelah kena senggol mereka, makanan yang dia beli sia-sia begitu saja. bajunya kotor karena terkena tumpahan di tanah, ditambah lengannya lecet akibat usaha menumpu tubuhnya.
("kak, kamu oke?")
tangannya bergerak aktif, berkomunikasi bahasa isyarat dengan hani. dala melihat luka pada lengan hani, "kak, kamu berdarah ini. baju kamu juga... dasar mereka-"
hani menahan dala yang emosi, ia memulai bahasa isyarat dengan tangannya yang terasa perih.
("gapapa, lagian abis ini aku ganti baju olahraga, buat lukanya aku bisa ke uks")
dengan emosi tersisa, dala membantu hani ke uks. danda pun tidak berani berkutik saat dala sudah emosi gini.
"gih, ke uks, nanti gua bawain makanan buat kalian." danda terbirit masuk ke kantin meninggalkan mereka berdua yang sedang keluar lokasi dan menuju uks.
---
dala memasuki kelas hani dan mengambil tas kecil yang isinya baju olahraga. hani dan danda sudah ada di uks, tersisa sedikit waktu istirahat. kak hani harus ganti baju, jadi dala inisiatif untuk naik ke lantai atas mengambilkannya di kelas hani. emosinya masih ada, dan dia mengingat jelas wajah yang menyenggol hani lalu lari gitu saja.
cowok kelas mana itu, awas aja ketangkep...
"...kamu dari kelasnya reza kan ya?"
langkah kaki dala terhenti. seseorang menghalangi jalannya di anak tangga. reza, dia kenal nama itu, musuh bebuyut satu kelas karena sering buat onar. paling anget, tadi pagi dala kena hukum karena circlenya reza. situasi apa ini?
dala mencoba tidak galak. tapi wajahnya memang gak bisa dikendalikan.
"kamu dihukum tadi, karna reza kah?"
alisnya mengernyit. bolos kelas atau gimana dia tau?
tapi ini orang tinggi banget, nyebelin tau?
sekilas dala terdistraksi. soalnya siswa ini berjarak 2 tangga di bawahnya, tapi masih tetep lebih tinggi dari dala.
"aku duduk deket jendela balkon, kelas kita seberangan, aku bisa liat jelas, bukan bolos."
pikiran dala kebaca, dia jadi gak enak. tapi tetep apa-apaan nih maksudnya?
"kamu kenapa sering banget dateng pagi sih? keep up nya susah tau."
"hah? gimana maksudnya?"
Bunyi bel istirahat selesai udah berbunyi, dala harus cepet-cepet ke uks.
"awas dulu deh." ia melangkah turun melewati siswa di depannya.
eh?
langkahnya kembali terhenti mengingat insiden di kantin. wajah pelaku yang menabrak hani terlintas jelas, dan sangat mirip dengan orang yang baru saja mengajaknya bicara.
tidak basa-basi, dala menghadang siswa itu, dan melihat jelas sekali lagi wajahnya.
dan benar.
"lu tadi yang nabrak kak hani, kan?"
[。*゚+ ADORED +*゚。]
"KAK HANI. MOHON MAAF BANGET!"
suara lantang menggema di kelas hani. siswa itu menunduk sopan kepada senior—hani, yang terluka dihadapnya ini. Jadi bagaimana ceritanya itu...
dala dengan perawakan dan ekspresi tajamnya bersilang tangan disamping pelaku. siswa ini hanya berencana menurut. ia juga sadar kalau ia bersalah, sebelumnya ia tidak tahu kalau ada yang terluka akibatnya. saat itu kantin dan sekitarnya sangat padat karena jam istirahat. sekolah harus memperbesar ukuran kantin.
"siniin kak seragamnya, besok aku kembalikan bersih. mohon maaf sekali lagi."
hani di depannya tersenyum tipis. pandu baru sadar kalau hani sedari tadi ganti pandangan ke dirinya lalu ke dala yang ada disebelahnya. pun ia baru sadar kalau dala terus menggerakkan tangannya. pandu tidak bodoh untuk menyadari bahwa itu adalah bahasa isyarat.
kemudian hani bangun dari duduknya dan mulai berkomunikasi dengan gesture tangan. ini membenarkan praduga pandu atas kak hani. tidak, pandu tidak bermaksud jelek. ia hanya ingin berhati-hati.
("dala sungguh baik. padahal tidak masalah.")
kak hani seperti mengatakan sesuatu dengan gesture ramahnya terhadap pandu. namun.. pandu tidak mengerti. sementara dala membuat ekspresi malu-malu.
"kata kak hani, kamu bisa dipercaya untuk seragam dia, nggak?"
ia tersadar kemudian memberikan tangannya untuk menerima seragam kakak kelasnya itu, "iya, tenang aja kak."
segera pandu melihat dala yang mengartikan ucapannya.
dala dan hani berjalan bersama keluar kelas. sementara...
pria itu tidak bisa melepas pandangannya. sungguh tiada hari dala tidak terlihat keren, dimatanya. pandu sangat ingat jelas bagaimana dala bisa membuat ia...
oh, kak dala menoleh...
"ayo, kak hani katanya mau ngobrol sebentar di toko burger depan sekolah."
... memikirkan gadis itu seharian penuh.
[。*゚+ ADORED +*゚。]
tubuhnya perlahan ringan seiring ia membaringkan tubuh di kasur, bernapas pelan nan pasti, dan menatap langit-langit kamarnya. hari ini banyak kejadian, sungguh dala amat lelah. ia butuh akhir pekan sekarang juga. tiba-tiba sadar jika akhir pekan berakhir, maka ujian akhir semester datang.
betul. masa-masa ujian sudah di depan mata. kak hani dan senior lain mulai bersiap dengan kelulusannya. akan ada banyak murid baru. dan angkatannya menjadi senior. dala harus bersiap akan masa depan.
sebelum mulai belajar persiapan ujian, jadi mari kita luruskan.
tadi nama dia pandu. sudah minta maaf ke kak hani. dia satu tahun lebih muda. dala bisa dibilang cukup tinggi, namun pandu lebih tinggi, proporsinya juga bagus, itu rada jarang untuk anak seusianya. olahraga kah di- eh, hah-?
dala bangkit, tubuhnya sedikit tegang. ia tidak percaya baru saja memikirkan hal itu. dala segara mengembalikan kesadaran tubuh dan pikirannya. masa puber lumayan seram dari perkiraannya. apa benar dia masih di masa puber?
"gila aku."
tuk-
"aduh, abang!"
dito masuk sembarangan dan meleparkan pulpen ringan hingga mengenai kepalanya, "hayo mikirin apa lu?"
nyenyenye
dala malas menanggapi abangnya, "balik ke rantauan sana dah bang, buset betah amat? bukannya orang-orang rantau malah suka di tempat perantauannya?"
"omong kosong dari mana itu?" dito mengambil pulpen di lantai, "lagian masih ada waktu sebelum abang balik kok, gue mau semangatin hani HAHAHAHAHA-"
"hani tadi masuk uks."
"COBA ULANG?"
"gih apelin, katanya mau nyemangati."
dito terbirit pamit sama orang rumah, "bocah kenapa baru bilang anjrit."
dala hanya bisa cekikikan dan menggeleng saat melihat tingkat abangnya.
[。*゚+ ADORED +*゚。]
ayo dala. bertahanlah satu hari lagi, dala. meski setelah weekend langsung ujian. setidaknya 2 hari itu ia tidak perlu pergi ke sekolah. persiapannya sudah cukup matang, jadi ia tidak perlu terlalu ketat belajar di akhir pekan untuk minggu ujian nanti.
napasnya sangat habis menaiki tangga yang begitu banyak—ini sok dramatis sih.
seperti biasa dala datang lebih awal, hendak masuk ke kelas. namun terhenti karena melihat ada manusia lain di kelas seberang. ia menumpu pada balkon, memaku pandang secara berani pada dala. dia, pandu.
pandu tersenyum lantas berjalan mengitari letter u lantai ini— menghampiri dala yang terpatung diposisinya sekarang.
dala teringat kalimat pandu.
"kamu kenapa sering banget dateng pagi sih? keep up nya susah tau."
dala selalu yakin bahwa ia murid pertama yang datang ke sekolah. apa dia salah?
harus diartikan kayak apa ini.
"kak dala."
"iya..? pandu..?"
"boleh liat sikutnya?"
sikutnya memang luka. dala juga baru sadar waktu udah di rumah. karena luka gores kecil, ia pikir bakal sembuh sendiri.
"kan ga diobatin."
"kamu liat toh..."
pandu sadar waktu mereka ngobrol berempat, sama danda juga, di toko burger. seragam dala kotor dibagian sikut. pandu udah nebak kalau dala bakal biarin lukanya gitu aja. jadi dia bawa obat merah sama plaster luka.
"biar aku-"
"aku pake sendiri aja, makasih."
dala melipat seragamnya, dan mulai mengobati lukanya dengan obat merah. jujur banget rada susah, karena dala gabisa liat lukanya tanpa kaca—itu titik buta. tapi kalau dia biarin pandu yang ngobatin-
"permisi ya kak."
pandu mengambil alih tiba-tiba. suasana tambah canggung buat dala. dia nggak cukup nyaman harus di posisi seakrab ini.
tanpa bisa protes, pandu nyelesein obat lukanya hingga plester dengan cepat. yang bisa dala kasih cuma ucapan terima kasih sekarang.
pandu tersenyum, "sama-sama."
ia berjalan menjauh, namun terhenti saat sudah cukup jauh. dala memerhatikan pandu sebelum ia berjalan kembali ke kelasnya.
saat itu juga, danda datang dengan penuh kecurigaan. ia menyaksikan sejak pandu berucap sama-sama ke dala. ia berbelok dan menghampiri dala.
"KAK DALA. NANTI PULANG BARENG YA!"
belum danda hendak bertanya ke dala. pandu dengan suaranya yang besar mengejutkan 2 sejoli itu dan ringannya masuk ke kelas.
sudah pasti ada beberapa anak kelas lain yang telah datang. dan dala sungguh merasa malu akan peristiwa barusan. ia membawa danda masuk ke kelas.
sumpah si pandu.
---
"kondisi apa ini?"
danda mengintrogasi dala.
"mana gue tau?" dala sungguh berharap gak ada yang mendengar hal itu selain mereka.
"ya masa gue yang tau?" danda menggenggam lengan dengan plester milik dala. "bukti satu sikut, ajakan pulang, bukti dua. fix si pandu suka, dal."
"kaga anjir."
"mana buktinya?"
"masa dua hal yang lu sebutin bisa dijadiin bukti?"
"bisa lah, oon?" danda melemaskan tubuhnya, "well, gue juga kalo cowo, bakal tertarik ke lu sih dal."
"mau gue tampol?"
"CK! cantik, otak pinter lumayan, bermusik bisa, baik, olimpiade makanan sehari-hari-"
"gak selalu juara juga dan."
"YA TERUS?" danda menghela, "sama baru-baru ini gue perhatiin refleks lu cakep sumpah. bisa bahasa isyarat. lu cewe, tapi kok ganteng banget dal?"
"dari bokap."
"bapak kamu secakep apa dal?"
"danda, please ya."
danda tertawa cekikikan, "eh katanya pandu udah kenal kamu dari awal masuk sekolah? waktu insiden pencuri itu bukan sih? gaya pitcher~"
"ngaco, mulai nih mulai.."
keduanya tertawa renyah sebelum akhirnya bel masuk berbunyi.
---
pandu beneran nungguin. mereka pulang bareng. atmosfer canggung yang dala rasain setelah sekian lama. pernah sekali dia rasain perasaan ini.
"bisa berentiin gua disini aja ga ya?" matanya berkedip cepat, gugup dengan situasi. "aku masih kurang nyaman kalau ditanya-tanyain sama orang rumah nanti."
"iya bisa kak."
pandu menghentikan motornya di dekat rumah dala, atas permintaan si gadis.
"kemarin aku liat kamu ga bawa motor. kalau misal kamu bawa untuk anter aku pulang hari ini, makasih banyak ya."
"rumah aku deket sekolah, aku jalan berangkat sama pulang. aku seneng bisa nganterin."
senyap.
senyap banget bro. kesunyian ini sungguh besar.
pandu tetap gak ragu buat memaku pandangannya ke dala yang keliatan gugup dan ga nyaman.
"aku masuk dulu kalau gitu."
"kakak gak nyaman banget ya?"
dala menoleh, "ah, soalnya..."
"gaperlu dijelasin gapapa kak." pandu membantu melepaskan helm pada dala.
AH HELM.
dala please deh.
"kakak udah nyiapin ujian akhir?"
pertanyaan ini membantu dala mengurangi sedikit rasa malunya, dengan nyaman ia mengangguk.
"kamu balik, trus belajar, siapin buat ujian juga."
pandu turun dari motornya.
kenapa? kenapa harus turun?
"sebelumnya aku minta maaf kalau nambah rasa gak nyaman kakak. tapi kak dala sendiri bilang udah nyiapin buat ujian baik-"
"pandu-"
"aku suka sama kak dala. aku mau jadi pacar kakak." ungkapnya halus.
keheningan makin menjadi. dala mematung kambali di tempat.
tangan pandu dengan hati-hati merapihkan rambut dala yang berantakan akibat helm. "selama ujian, fokus dulu aja. setelah ujian, aku masih bisa nunggu. abis itu, kalau kakak udah ada jawabannya, aku siap denger."
keduanya saling bertukar pandang penuh rasa. nano-nano, bagi dala sih kayaknya.
"pandu harap, kakak gak bawa pusing, tapi ga nyepelein juga."
"ndu-"
"pandu suka sama kakak lebih dari yang kak dala kira."
pandu sekali lagi senyum.
lalu pulang dengan motornya.
ninggalin dala dengan seluruh semrawut di benak.
[。*゚+ ADORED +*゚。]
sejak kapan, ya?
kalau pikir-pikir. waktu itu hari pertama pandu masuk. dulu tuh sebutannya apa ya? mos? masa perkenalan sekolah.
seluruh orang sibuk.
sekolah padet banget.
udah haus, sibuk, dan capek. ada aja insiden. kalian tau apa?
maling ceunah.
di sekolah yang luas ini, plus lagi padet-padetnya. ada aja yang nambah-nambahin event?
pencuri itu lari dari dalem dan hendak keluar sekolah yang luas ini. saat itu seluruh peserta didik baru sedang di dalam kelas setelah upacara. semuanya tertarik perhatian akan 3 satpam yang tengah mencoba menangkap tikus di lapangan—bahkan panitia juga.
pandu berada di kelas lantai teratas ikut melihat kondisi wtf ini. maling gabisa keluar karena gerbang sudah diamankan. semua peserta didik dalam bahaya, pencuri itu bersenjata pisau. tidak, 3 satpam itu yang paling beresiko.
panitia sudah mulai diarahkan guru yang diam-diam ke setiap lantai, untuk masuk kedalam kelas, dan mengamankan semua murid serta peserta didik baru.
disemua kericuhan itu. terdengar suara wanita disekitar pandu, ia cukup yakin berada di satu lantai yang sama.
gadis itu meminta orang-orang untuk minggir. ia menenteng satu botol mineral full, belum dibuka.
"coba minggir, permisi."
jalan mulai terbuka karena guru dan panitia memang mulai mengamankan sekitar. gadis itu seperti orang gila, mulai berpose pitcher baseball? pelempar tombak? intinya seperti akan melempar botol mineral yang hanya 1.5 liter itu.
satu kakinya melangkah mundur, seiring tubuhnya, perlahan, seakan mengincar momen. apa sih yang ditunggu?
"woy dala." bisik seseorang.
pandu yang masih diposisi awal, melihat sejak awal dari jauh.
namanya dala?
panitia?
mau ngelempar, tapi apa yang ditung-
...
AH! belakang kepala..?
pandu melirik dala kembali. pencuri di lapangan itu membelakangi posisi dala. orang itu mengincar belakang kepala si pencuri, jadi bisa ditaklukkan satpam segera.
dengan gesit, dala melemparkan botol berat itu. kakinya yang dibelakang berpindah ke depan menopang tubuhnya seiring ia melempar botol mineral tersebut.
DABUM-!
tepat sasaran, dan tepat dugaan.
ketiga satpam sempat teralihkan perhatiannya. karena sebuah botol melayang tepat dibelakang kepala pencuri. merubuhkannya langsung di tempat.
"PAK JANGAN SAMPE KABUR!"
suara dala membuyarkan lamunan para satpam, dan pencuri diamankan.
siapa dia?
wonderwoman?
satu sekolah memberi applause meriah.
tepuk tangan berlangsung cukup lama. murid-murid dari lantai lain berbondong mendekati balkon, untuk melihat ide siapa melempar botol seperti itu.
"siapa toh?"
"dari lantai mana anjir tuh botol?"
"dala bukan sih itu?"
"apa-apaan dala? wow."
pandu tidak bisa menyembunyikan senyum kagumnya. pandu berjalan mendekati dala, membantu mengambil ponselnya yang sempat terjatuh dari saku sang gadis. setelah semua tepuk tangan, dala terlihat canggung.
ia hendak lari, namun pandu menghadang, memberikan ponsel dala tanpa berucap apapun.
"ah, makasih ya."
pandu kembali menghalangi jalan dala, "wonderwoman?"
hah apa sih, ndu?
"bukan.." dala terdiam sejenak, "hmm.. gentlewoman..?" sepertinya dala ingin melucu.
tapi wajahnya memerah seperti tomat.
"p-permisi."
ia pergi bersembunyi, meninggalkan rasa lucu yang menggelitik di rongga perut pandu. di hari yang melelahkan ini, pandu tertawa puas dan besar. thanks to dala.
dala membawa angin segar, khususnya menurut pandu.
dala..
kak dala.
[。*゚+ ADORED +*゚。]: bersambung kalau aku mau 😋