hari itu, di tepi jalan

 Arabella & Haikal | 2015


"ara? lagi apa?"

di tepi jalan itu haikal menemukan arabella. sudah jelas ara sedang membaca buku, namun haikal akan tetap bertanya, mengganggu arabella itu menyenangkan bagi haikal.

ara berdecak kesal, "gak bisa lihat? jelas-jelas lagi baca buku."

"nunggu jemputan atau naik angkot, yee, itu pertanyaannya."

mata ara memincing tajam, "angkot." jawab ara jengkel. kebetulan angkot benar-benar lewat setelahnya. ara kembali mendecak, "minggir."

mendengar nada bicara yang tidak menyenangkan, haikal justru menghalangi ara dengan motornya. "bicaranya lebih sopan, baru gua kasih jalan." ujar haikal.

ara terdiam sesaat. ia juga berpikir kalau bicaranya sudah agak berlebihan. "maaf, permisi haikal."

haikal tersenyum mendengarnya. ara segera naik ke angkot. dan menoleh ke haikal lewat jendela.

"ara! nanti gua telepon, ya!"

***

ponsel ara benar-benar mendapat panggilan dari haikal. sejenak ara menutup bukunya. entah sejak kapan haikal senang mengganggunya seperti ini.

karena lama merenung, panggilan itu jadi tak terjawab. ara buru-buru mengambil ponselnya. benar saja, panggilan dari haikal lagi.

“halo?”

buku apa tadi?

“apa?”

yang tadi dibaca, penasaran.

“buku puisi doang.”

suka puisi?

“hah? ya... lumayan?”

kacau.

“maksudnya?”

gua gak mahir berpuisi. lebih mahir bernyanyi.

“ada yang nyuruh lu berpuisi emang?”

no.

kamu suka lagu apa?

“jenis lagu akustik. kenapa?”

gapapa, tidur gih, udah malem.”

“gaperlu ngatur-ngatur dong?”

panggilan terputus. haikal mematikannya. dua menit kemudian.

haikal mengirim pesan suara.

itu suara nyanyian haikal dengan gitar akustiknya. sangat merdu.

***

ara berhenti di tepi jalan terlebih dahulu sebelum menghampiri gerbang sekolah. jam tangan di pergelangannya menunjukkan masih ada lima menit sebelum ia benar-benar telat.

ia mengatur napasnya, merapihkan dasi dan rambutnya. juga... melihat haikal yang tiba-tiba muncul dihadapannya.

"sudah cukup cantik."

"haikal..."

"suka gak? lagu akustiknya?" tanya haikal seraya mengulum bibirnya ke dalam. "udah, ayo masuk dulu, nanti terlambat."

haikal masuk dengan motornya dan arabella berlari kecil.

tubuhnya berbalik untuk melihat tepi jalan yang ada di seberang sekolahnya. hanya merasa ada kilasan balik, namun ia tak berusaha mengingat. ara tidak ingin terlambat.

-

2014

"tante baik-baik saja?"

ara membantu membereskan barang-barang wanita paruh baya yang baru saja terjatuh dari motornya.

"terimakasih, cantik."

bibir ara melukis senyuman, "anak tante sekolah disini?" tanyanya sembari membersihkan luka di lengan bawah wanita itu dan menutupinya dengan plester luka.

"iya, udah tante kasih tahu dia. makasih ya, nak. udah bantu tante menepikan motor sama obatin luka."

"nanti harus dibersihin lagi ya tante, ara cuman punya air putih sama plester luka. jadi cuma segini doang bisa bantu obatinnya."

"mamah!" haikal menyebrang. menghampiri ibunya yang baru saja jatuh dari motor.

"oh angkotnya!" ara buru-buru bangun sampe-sampe jatuhin kacamata bolongnya— ini kebutuhan ospek. permintaan kakak kelas sungguh aneh.

"tante, saya duluan ya." ujar ara lalu naik ke angkot. berlalu dari sana.

haikal tidak bisa melepaskan pandangannya.

"cantik, ya, kal?"

haikal balik fokus pada ibunya, "mamah kok bisa sampe jatuh sih?"

***

2016

"araaaaa!"

"aduh berisik, haikal!! kenapa sih, kenapa?"

haikal menunjuk tanah, "miniatur joker gua jatuh, ambilin tolong." ujarnya dengan kekehan tak berdosa.

karena kesal, ara menendang miniatur itu ke seberang, gerbang sekolah. "ambil sendiri bisa kan?" geram ara. pasalnya, haikal terus menyuruhnya ini-itu untuk hal kecil. ara jadi kesal.

angkot datang.

"maaf, tapi itu miniatur dari mendiang ayah." ucap haikal dengan nada sedih. matanya tak lepas dari miniatur yang ditendang jauh oleh ara.

ara melewatkan angkotnya.

gadis itu mulai berjalan dan mengambil miniatur itu, "ini, maaf, haikal."

haikal turun dari motor dan mengambil miniatur itu. "makasih, ayo gua anterin, daripada nungguin angkot di tepi jalan melulu. jangan nolak, tolong." ujar haikal dengan wajah memelasnya.

ara menggaruk lehernya lalu setuju pulang dengan haikal.

-

haikal menurunkan ara di tepi jalan dekat rumahnya. ini karena ara yang meminta. ia tidak nyaman diturunkan di depan rumahnya.

"makasih, ikal."

"sama-sama, ara."

pemuda itu mulai menggerakkan motornya. sampai ara menghentikannya.

"haikal, gua punya pertanyaan."

kepala haikal terangguk, setuju akan menjawab.

"kenapa terus-terusan ganggu gua?"

"oh, itu..." haikal tampak ragu-ragu mengatakannya. namun sepertinya jujur sekarang lebih baik. "gua suka sama lu, ara."

tentu ara sedikit terkejut, hanya sedikit. ara sudah memprediksi jawaban itu yang keluar dari mulut haikal suatu saat nanti.

haikal nampak santai dan tersenyum, "santai aja, gua gak maksa lu harus suka juga kok."

"dimana? kapan? kenapa bisa suka sama gua. apa waktu gua bantu mama lu tahun kemarin?" awalnya tidak ada niatan untuk mempertanyakan. namun ara sungguh penasaran.

"kalau dimananya... bukan di tepi jalan seberang sekolah. tapi disini, pas banget disini. tepi jalan dekat rumah lu. dan itu... lumayan jauh sebelum tahun 2014. gua lupa tepatnya kapan." haikal terdiam sesaat. "kalau alasannya, sederhana, tapi gua menolak buat jawab."

"kenapa?"

haikal jadi tidak bisa menatap ara dengan benar, "malu atuh." Haikal bergumam. "nanti saja, kalau lu jadi istri gua."

mata si gadis terbuka lebar, kaget dengan ucapan haikal. "HAIKAAL!"

haikal tersenyum lebar, meninggalkan ara dengan pipinya yang bersemu semerah tomat.

ting!

pesan dari haikal.

“tunjukkan kunciran kuda setengah jika udah suka sama gua juga”

haikal ini benar-benar!

***

2014

"kak, mikirin gadis kemarin mulu ya? cie."

ibu haikal memergoki anaknya yang terus menatap sebuah nomor telepon yang ia beri nama "arabella". haikal dapat dari teman sebangku ara. mereka berdua juga sekelas, namun haikal masih pengecut.

"iya, mah." jawab haikal malu-malu.

ibunya mendekat, tertarik dengan topik ini. "kakak suka sama dia?" wanita itu tersenyum lebar, "karena nolongin ibu kemarin? ibu lihat, ara-ara itu juga baik sih anaknya."

haikal menggeleng, "bukan tuh."

"terus?"

"di tepi jalan, waktu umur haikal baru tujuh tahun. tepi jalan dekat rumah temannya mamah."

-

haikal dan ara di umur 7 tahun.

"mah, kenapa kakak ikut sih?" haikal kecil merajuk karena tidak nyaman pergi ke acara teman ibunya. 

"kakak~"

"haikal mau keluar jajan dulu aja yah? di tepi jalan sana haikal lihat ada warung tadi."

ibu haikal mengacak rambut haikal gemas, lalu memberikan uang untuk jajan. "iya, sana. hati-hati."

haikal menuju warung untuk jajan. sebuah angkot berhenti di depan warung. hampir saja kubangan air itu kena sepatu putih haikal.

gadis kecil turun dari angkot dan membayar ongkos. benar, disinilah haikal pertama kali melihat ara, si gadis cantik arabella.

haikal bingung. kenapa mengikat tali sepatu bisa sampai secantik itu. ketika bangun, gadis itu juga cantik. haikal sepertinya terpesona.

"kamu butuh bantuan?"

"apa?"

"kamu diem terus dari tadi disitu."

"aku haikal."

"hm? tiba-tiba perkenalan diri?" ara kecil memetikkan jari. "jangan-jangan haikal anaknya temen bunda, ya?"

haikal kecil mengangguk pelan.

tahun 2014. dimana haikal bertemu kembali dengan ara sejak kepindahannya keluar kota.

disinilah, dimana, kapan, dan mengapa haikal bisa jatuh hati kepada arabella.

***

2021

"ara, sumpaah sakiiit ini jangan dijenggut dong!! rileks biar ga sakit pas disuntik, kamu tegang gini, suntik malah tambah sakit!"

ara baru saja tes kesehatan rutinnya yang memerlukan tahap suntikan. rambut haikal sungguh berantakan karena ara.

mereka keluar dari rumah sakit. ara hanya menyengir dan membantu merapihkan rambut haikal. sementara, pria itu menatapi rambut ara yang tidak pernah dikuncir kuda setengah sejak 2016.

awalnya haikal tidak pernah menyangka mereka bakal tetap dekat sampai sudah tahap dunia kerja. pria itu sering kali ingin menyudahi, namun tepi jalan sialan itu tetap saja mengganggunya.

ara selalu memintanya diturunkan di tepi jalan dekat rumahnya. tempat dimana haikal jatuh hati pada ara yang kala itu masih tujuh tahun.

sama seperti saat ini. ara lagi-lagi minta di turunkan di tepi jalan, "kenapa sih? kan bisa gua turunin di depan rumah."

"gua maunya disini haikaaaaaal!!" teriak ara membuat telinga haikal pengang.

"ya, ya, terserah dah. besok reuni sma. ikut gak?"

"ikut."

"gua gak dulu, ya."

"loh? kenapa, kal?"

haikal berdecak. ia rada malas karena terus diledek apa ia sudah jadian dengan ara. dan ledekan serupa lainnya.

"ikut sih haikaaaal!"

"yaudah, oke. jemput gak besok?"

"perlu ditanya?"

"oke besok jam lima sore."

haikal baru akan menjalankan motornya, namun ara mencegahnya.

"pake pakaian yang cakep, kal!"

"buat?"

"kita ke suatu tempat abis reuni."

"ya, ya, oke."

***

haikal bosan menunggu ara di tepi jalan ini. ia menelpon gadis itu dan memohon agar bisa ke rumah ara sekadar minum air putih. warung disini tentu sudah tidak ada sejak lama. namun ara tetap melarangnya.

“pakaian lu hari ini kece, kan?”

“ya, sesuai permintaan puteri ara."

ara terkekeh.

lalu ara mulai menghampiri haikal di tepi jalan.

dengan rambutnya yang dikuncir kuda setengah.

haikal membeku melihatnya. ia turun dari motor dan menanti ara sampai di tepi jalan. ketika ara sampai, mereka berhadapan.

"apa ini?"

"aturan kuncir kuda setengah itu masih berlaku, kah?"

haikal mengangguk tanpa sadar.

"jangan-jangan, tempat setelah reuni itu.."

ara tersenyum.

"bener, kencan."

---

picture © pinterest

wajah yang tertampang hanya sebagai visualisasi.

Postingan Populer