sad playlist | bagian 1
Hujan dan Kenan | 1988
---
2020
kini tahun 2020. jura baru saja lulus sma dan menjadi mahasiswa baru dari mahasiswa dari sebuah universitas yang reputasinya baik. ini baru hari pertama jura mengelilingi kampus secara menyeluruh. karena sebelumnya ia tidak benar-benar fokus melihat keseluruhan gedung kampusnya.
langkahnya berhenti di depan papan mading. disana terdapat poster peringatan dari sebuah kisah yang tidak jura ketahui. ia memiringkan kepala dan memikirkan apa yang ada di hadapannya ini. namun tiba-tiba kakak tingkatnya yang menjadi penanggung jawab kelompok jura datang di samping jura membuatnya terkejut.
"kaget kak juna!"
juna terkekeh kecil dan meminta maaf. kemudian ia menunjuk poster yang ingin diketahui jura. "belom pernah denger kisahnya, ya?"
"kakak tau ini cerita apa?"
"waktu jadi maba kayak kamu, aku juga gak tau. mau aku ceritain?"
"boleh!"
"tapi ini bukan kisah yang akan membuat hati senang. kita harus balik ke tahun 1988."
---
januari 1988
ini merupakan hal biasa bagi kenan mendapat sorotan. bagaimana tidak? ia memborong banyak piala sejak tahun pertamanya kuliah membuat harum dan terpandang kampusnya, bukan hanya nasional bahkan internasional. dibalik semua itu kenan sebenarnya mempunyai guru pribadi yang sangat banyak membantunya dengan bimbingan si guru.
tidak pakai dibayar. sang guru benar-benar menghabiskan waktu tuanya di kampung halaman mengurus kebun luasnya. kenan hanya perlu membantu mengurus ladang dan pekerjaan lain yang bisa meringankan pekerjaan si guru, juga kenan hanya perlu meluangkan waktu untuk mengajari anak-anak serta para orang tua untuk membaca.
ini tidak berat. si guru juga ayah dari teman kuliah kenan. akbar. si kutu buku kampus. mahasiswa pintar, namun sulit berinteraksi. namun kenan berhasil setidaknya berbicara secara akrab dengannya, atau mungkin hanya kenan yang berhasil berteman dengannya.
awalnya semua berjalan lancar. kenan, pendidikan, dan kehidupannya. sebelum fakta yang diketahui kenan secara tidak sengaja, mengenai akbar dan ayahnya. akbar selalu berkata ia tidak menyukai kampusnya. ia hanya akan belajar dan lulus, tidak ingin ikut lomba apa pun. wajahnya memang sudah dingin dan jahat, namun bertambah jika kenan membicarakan tentang kampus mereka.
seminggu sebelum lomba yang kenan ikuti, sebuah rumor beredar bahwa ada mantan dosen yang melecehkan seorang mahasiswi tahun kedua. suasana saat itu benar-benar runyam, dipenuhi oleh rumor selama seminggu penuh.
"kalian tahu? anak mantan dosen itu katanya belajar di sini, entah siapa itu."
rumor bertambah besar hingga merambat ke anak dari mantan dosen itu. tentu kenan berusaha tidak penasaran karena lombanya juga sudah di depan mata. namun, sehari sebelum lomba, ketika kenan hendak berkunjung ke rumah gurunya yang sekaligus ayah dari akbar. ia mendengar pertengkaran antara ayah dan anak itu.
ayah akbar merupakan mantan dosen yang tengah ramai dibicarakan. bukan hanya itu, kenan mendengar lebih banyak dan membuat hatinya sangat marah. kenan mendapatkan kekalahan yang pertama karena hatinya yang marah, ia tidak bisa fokus selama lomba. ia juga mulai menjauhi akbar sesaat.
cukup menderita dengan menjadi 'orang lain' yang satu-satunya tahu tentang sebuah hal. kenan makin menderita setelah pertemuannya dengan hujan. bukan hujan yang turun dari langit. namun gadis tahun ketiga yang tiba-tiba muncul dihadapannya kemudian mengancamnya.
"kakak ada masalah apa sama pimpinan sampai-sampai menatapnya dingin seperti itu? bukannya 'ramah senyum' itu jadi julukan kakak?"
ah, kenan itu mahasiswa tingkat akhir, makanya hujan memanggil kenan dengan kakak.
"sebelumnya... anda siapa?"
"hujan, nama saya." hujan berdecak, "intinya jangan bersikap tidak sopan lagi sama pimpinan! ngerti? oke permisi."
---
februari 1988
kenan membuka salah satu buku dari beberapa tumpuk yang ia letakkan diatas meja. ini sudah larut malam, hanya saja kenan perlu belajar lagi sedikit untuk tes rutin mendatang. makin larut satu persatu mahasiswa mulai pergi dari perpustakaan. kenan sesekali meregangkan tubuhnya dan melihat sekeliling, hanya tersisa dua orang disini. dirinya dengan... oh? dia. wanita yang pernah memperingatkan agar kenan bersikap sopan. siapa namanya?
wanita itu kemudian membenahi buku-bukunya dan melepas kuncirannya. membiarkan rambutnya tergerai. ia berdiri kemudian berjalan keluar dari perpustakaan. tepat di depan pintu, langkah wanita itu berhenti dan melihat keadaan luar yang tengah hujan, agak deras.
kenan ingat! hujan namanya.
nama yang sangat unik.
hujan melangkah keluar namun hanya berdiri di depan pintu. ia menunggu hujan berhenti tanpa kepastian kapan akan berhenti. kenan kini juga mulai membenahi bukunya dan bergegas pulang. ia keluar dari perpustakaan, dan ikut berdiri di sebelah hujan.
"kak kenan!" sapa hujan yang terkejut melihat kehadiran kenan
"iya, saya duluan ya."
"tunggu dulu! kakak masih sama. kayak pandangan kakak ke pimpinan berubah jadi tidak bersahabat. kakak ada masalah sama beliau?"
tunggu dulu, kenapa ini jadi sangat menjanggal?
entah pandangan kenan terhadap pimpinan kampus berubah, atau entah apapun itu. apa urusannya dengan dia?
"kenapa khawatir banget?" tanya kenan memandangnya intens.
hujan enggan menjawab. ia hendak pergi menerobos hujan dengan tasnya. namun saat itu kenan menahan tangan hujan, jadi ia berhenti.
"serius ingin menerobos? sedang hujan tapi?"
hujan menghela napasnya dan mendongak, "mengapa kau begitu khawatir?"
"saya hanya berusaha peduli!"
"apa saya minta dipe-"
kenan melepas jaketnya dan menaruh itu sembarang di kepala hujan. "setidaknya lindungi kepalamu, jika dengan tas semua buku akan basah, pakai ini." ujar kenan lalu mendahului hujan. berlari menerobos rintik hujan yang masih saja derasnya.
-
langkah kenan berhenti ketika melihat akbar yang menunggu di depan rumahnya. rasa awkward datang karena sejak beberapa minggu lalu kenan menghindari akbar karena takut. rasa bersalah juga muncul karena kenan merasa dirinya sudah bersikap seperti pengecut.
pengecut?
"lihat lo menghindar kayak gini, berarti lo udah tahu. gua gak masalah lo menghindar. tapi bisa pura-pura semua baik-baik aja di depan bokap gua, bisa gak? beberapa hari ini dia nyariin lo, nan."
"lo tahu bokap gua bukan pelakunya, lo gak sengaja nguping waktu itu, kan?"
"tahu dari mana..."
akbar memberikan gelang karet punya kenan yang hari itu jatuh. selain gelang ini, akbar tahu karena sekilas melihat kenan hari itu.
"lo bentar lagi mau lulus. makanya wajar aja kalau lo mau menghindar dari sumber masalah, apalagi ini berhubungan sama pimpinan yang punya kekuasaan besar. gak masalah, nan. gua paham banget. tapi bisa jangan jauhi bokap gua juga? pura-pura aja lo gak tahu apapun."
setelah ucapannya, akbar pergi meninggalkan rasa bersalah yang amat mendalam pada kenan.
---
maret 1988
akhir februari ketika akbar meminta agar kenan kembali menemui sang guru. kini sudah minggu kedua dari bulan maret. kesibukan kenan sudah selesai. kini ia berencana untuk ke desa dan menemui gurunya. kenan bangun dari duduknya setelah selesai makan siang. pulang ke rumah untuk bersiap membeli tiket kereta berbegas menuju rumah sang guru, ayahnya akbar.
"kenapa kakak bisa ada di sini?"
itu suara hujan.
kenan menoleh dan mendapati hujan yang tengah duduk di bangku yang tersedia di depan rel kereta.
"kalau aku abis anter teman naik kereta."
"saya tidak bertanya."
"ya gua cuma bilang."
"bahasamu berubah tidak sopan."
"lo juga kayaknya gak pantes disopanin. lo aja gak sopan. contoh, sama pimpinan."
kenan memang belum bisa merubah sikapnya setelah mendapatkan fakta kalau ayah akbar atau mantan dosen itu keluar dari kampus punya kaitan dengan pimpinan yang sangat ia hormati.
kereta datang. kenan segera masuk tanpa ingin menghiraukan hujan lagi.
---
"kenan udah punya pacar, ya?"
situasi ini bener-bener gak bisa membuat kenan berpikir jernih. kebingungan memenuhi pikiran kenan tentang alasan kenapa hujan bisa sampai juga disini.
hujan pun tidak bisa menjelaskan apapun. sepertinya dia gila yang tiba-tiba penasaran dengan kemana kenan akan pergi. jadi ia memesan tiket tujuan yang sama menyusul kenan. ah! hujan bisa tahu tujuan kenan karena tidak sengaja melihat tiket pria itu.
"udah ayo mulai bantu saya!" seru ayahnya akbar.
ayah akbar mulai bermain dengan tanah dan menanam di halaman rumahnya. diikuti dengan akbar, sang anak, akbar pun bingung situasi macam apa ini.
"kenapa bisa kesini? mau apa, buat apa?" tanya kenan kecil namun penuh penekanan.
hujan menggaruk belakang lehernya dan menunjuk sekitar, "bantu-bantu doang. ujian udah selesai kan?" jawab hujan sangat canggung.
"neng, kamu bisa bantu bikin makan malam aja gak? ini udah mau malem, baru besok kamu bantu-bantu yang lain."
wanita itu langsung meng-iyakan permintaan ayahnya akbar yang baru ia kenal. masuk ke rumah sederhana itu kemudian mulai masak makan malam.
mereka menyelesaikan pekerjaan hari ini dengan lancar. makan malam bersama kemudian kenan membantu menyiapkan ruangan untuk hujan. sementara akbar membenahi selesai mereka makan.
"jangan macem-macem ya. saya gak tahu kenapa kamu bisa buntutin saya. tapi saya disini cuman berkunjung aja. awas aja kalau bilang pacar atau hal aneh lainnya!"
"ih! siapa juga yang mau?"
"terus ngapain ngikutin saya?"
hujan berpikir sesaat hingga akhirnya muncul satu alasan bagus, "jaket! jaket! tadinya mau balikin jaket, tapi karena dadakan ketemunya jadi gak bawa."
kenan menghela napasnya. "lusa, di warung depan kampus, balikin jaket saya."
"gak bisa! lusa ayah ulang tahun. besok pas pulang aja ke rumah kami langsung ambil."
"terserah."
---
akbar tengah terdiam di depan rumahnya saat gelap malam. kenan yang tidak bisa tidur menghampiri akbar.
"maaf."
akbar tertawa kecil, "buat apa coba?"
"jadi pengecut." kenan merenungkan tindakannya, "gua tahu kebenarannya, tapi malah menghindar karena takut kena masalah. gua malu banget."
akbar menghela napas, "gua khawatir rumornya tambah besar. kita udah hidup tenang-tenang aja. gua takut balik jadi runyam kayak tahun itu."
"semua bakal baik-baik aja, sekarang gua dipihak lo sama guru sampai kapanpun."
---
keesokan hari.
mereka mulai mengajar anak-anak yang kurang mendapatkan pendidikan disini. akbar, kenan, dan hujan.
hujan sangat suka anak-anak. kenan mendapati satu hal itu hari ini, hujan banyak tersenyum ketika mengajarkan anak-anak menulis.
biasanya wanita itu menyebalkan. namun ia terlihat manis saat ini bagi kenan. satu lagi, ketika ia tidur pulas. wajahnya terlihat sangat lugu. sebentar, sepertinya kenan mulai jadi gila.
ditengah istirahat mengajar. hujan tiba-tiba berteriak histeris. kenan dan akbar terkejut dibuatnya.
"apa? apa? ada apa?"
"belum kabarin ayah kalau lagi main kesini!! aduh niatnya tadi malem mau ke telepon umum. tapi lupa!"
kenan memijat kepalanya, sabar menghadapi hujan. "kamu nakal banget hujan... yaudah sekarang ayo ke telepon umum."
"gak tahu dimana."
"saya antar."
mereka perlu beberapa menit hingga sampai ke tempat telepon umum.
selesai menghubungi sang ayah. hujan menutup panggilan. ia menghampiri kenan dengan wajah yang tidak enak.
"harus pulang sekarang."
"kamu?"
"kita."
"saya dan kamu?"
hujan mengangguk.
"kenapa?"
"aku gak bawa uang untuk pulang." hujan terkekeh kecil mengakuinya.
wah, wanita ini benar-benar.
---
akhirnya mereka sampai dan turun dari kereta. dengan kenan yang membayar untuk tiket hujan. mereka berjalan keluar stasiun dan naik becak untuk mengantar hujan pulang ke rumah.
cuman butuh 15 hingga 20 menit untuk sampai di rumah hujan dari stasiun kereta.
keluarga hujan sangat berkecukupan. dilihat dari rumahnya besan nan mewah.
"masuk dulu, kak."
"tapi-"
"ada ayah kok."
akhirnya kenan ikut masuk ke rumah hujan. "assalamualaikum, permisi."
hujan tersenyum menjawab salam kenan. lalu ia meminta agar kenan duduk di bangku dan menunggu sebentar.
"ayah, hujan pulang."
tak lama hujan muncul kembali dengan jaket milik kenan yang ia pinjamkan bulan lalu kepadanya. "ini makasih." lalu hujan mengeluarkan uang pengganti harga tiket kereta tadi. namun kenan enggan menerimanya.
"gak perlu."
"ambil, aku gak suka hutang."
"beneran gak usah dianggap hutang, hujan."
"ambil kenan!"
urusan ini tidak akan selesai jika terus begini. kenan akhirnya meminta yang lain sebagi ganti uang. "kerak telor!"
"apa?"
"belikan saya satu kerak telor saja sebagai gantinya."
akhirnya hujan berhenti menyodorkan uang kepada kenan, "baiklah. lusa, kita ketemu di pasar malam. ada kerak telor disana. kalau besok gak bisa, aku mau ngerayain ulang tahun ayah." ujar hujan nampak canggung.
begitu pun kenan yang memikirkan apakah dia salah bicara sampai suasananya tiba-tiba jadi awkward begini. "harus sampai ke pasar malam?"
"memangnya dimana lagi?"
"siapa itu, nak?" suara berat dari seorang pria paruh baya terdengar. keduanya menoleh dan mendapati pria paruh baya itu.
kenan membeku melihat pimpinan kampus. matanya mencari foto bingkai yang terpajang di meja. kaget respon yang kenan keluarkan ketika baru tersadar ayah dari hujan. semua jadi masuk akal jika hujan marah ketika mahasiswa yang biasanya ramah kepada ayahnya tiba-tiba menjadi dingin.
"lho, kenan?"
"selamat siang, pak."
"kok bisa-"
"mohon maaf yang sebesar-besarnya pak, saya harus pergi sekarang juga. permisi."
hujan memperhatikan sikap kenan yang masih sama. ia jadi cukup khawatir. kakinya melangkah dan mulai mengejar kenan menuju pintu masuk.
"lusa jangan lupa, kenan."
kenan menoleh sebentar lalu kembali berlari kecil pergi dari rumah hujan tanpa menjawabnya.
---
lusa datang dengan cepat entah mengapa.
kenan menunggu di depan kelas hujan, karena kelasnya selesai lebih cepat. sembari memerhatikan apa orang-orang masih membicarakan rumor 'mantan dosen' yang merupakan guru panutannya.
ternyata masih.
kenan menghela napas, semoga rumornya cepat reda. lama-lama melihat akbar yang jadi tidak nyaman berkuliah karena mendengar rumor, kenan jadi kasihan.
"kak kenan!"
"beli kerak telor aja ya? ayo, buruan."
"lho, tapi kak..."
"kenapa?"
"namanya pasar malam. lebih seru kalo dikunjungi malam-malam."
"sore gini juga buka kok."
"iya tapi belom rame juga, lagian kan pasar ‘malam’. ya malem nanti lah."
pria itu tidak bisa berkutik lagi, "ya, oke, terserah kamu. yaudah nanti aku samperin lagi malem ini." ujar kenan dan hendak pergi.
hujan menahan tangannya tegas, "mumpung kakak udah disini. mending anterin aku ke toko buku."
---
dengan sepeda, mereka mampir ke toko buku usang. sebenarnya tidak ada yang benar-benar ingin hujan beli. entahlah, sepertinya hujan sudah gila.
"apa yang kamu beli?"
hujan dengan asal mengambil satu buku. buku memasak? Kenan mengangguk-angguk tanpa banyak bertanya. hujan membayar buku itu dan segera pergi.
mereka makan dan berkeliling sebentar di tempat perbelanjaan. kenan heran kenapa bisa tiba-tiba jadi jalan-jalan. bukannya tadi katanya mau beli buku saja?
namun melihat hujan yang sangat excited membuat kenan tersenyum tanpa sadar. hujan sangat cantik ketika tersenyum.
hingga pukul tujuh malam. akhirnya mereka menuju ke pasar malam dengan sepeda kenan. sudah ada beberapa wahana yang dimainkan disana, sangat ramai dari berbagai umur.
"ayo kak, makan kerak telor." hujan menarik ujung lengan baju kenan. menghampiri penjual kerak telor di dekat kincir angin.
"dua mas."
mereka duduk di kursi kayu sembari menunggu kerak telor yang tengah dibuat. hujan menatap wahana kincir angin di belakangnya. bertanya-tanya apa kenan bersedia naik wahana bersamanya.
"ayo." ujar kenan yang sudah memperhatikan hujan sepertinya sangat ingin naik kincir angin. "ayo naik kincir angin, mau sendiri apa bareng saya?"
"bareng!!" jawab hujan dengan girang dan bersemangat.
kerak telor sudah jadi. hujan membayar dan mereka menikmati kerak telor itu. suasana ramai yang menyenangkan di pasar malam membuat keduanya tidak bicara dan makan dalam diam.
tak lama mereka selesai, hujan segera meraih pergelangan tangan kenan. pria itu kembali tersenyum kecil melihat bagaimana sifat periang hujan keluar. atensinya mulai menjadi bahkan akan pergerakan kecil dari hujan, seperti menggenggam dan menarik lengan baju atau pergelangan tangannya, senyum hujan, hingga matanya yang menyipit ketika tersenyum.
di dalam kincir angin dengan cantiknya pemandangan pada ketinggian. hujan berharap mempunyai akhir yang baik dengan kenan. ia terlalu lelah menyangkal. hatinya berdegup, hujan mengungkapkan dengan berani.
"aku suka sama kakak."
---
to be continued
ada bagian 2 nya karena kalau digabung bakal 3000 kata lebih. kemungkinan kalian bakal puyeng/bosen kalau digabung. 🙌