lily's holiday

video visualisasi
Jang Lily & Na Woochan

(dialog dalam bahasa korea (namun ditulis dengan bahasa indonesia) & terdapat beberapa romanisasi hangul (arti kosa kata ada di catatan paling bawah))

(ada link video visualisasi dibagian paling atas)

-👩🏻‍🎓🌱🏞️🪵🏊🏻‍♂️🌙🍊🍚👴🏻🧓🏻🌬️⛱️🌌💚🐶-

lily menyiapkan koper kecilnya. besok ia akan berangkat ke pulau jeju alias kampung halamannya. ingin rehat dari segala aktivitasnya di jakarta. loh?

lily itu asli korea. namun separuh hidupnya tinggal di indonesia. kini tengah kuliah di universitas negeri yang ada di indonesia juga, tapi lagi liburan semester.

meski ia lebih lama di indonesia, terbiasa di jakarta. tetap saja kampung halaman miliknya itu jadi tempat favorit untuk pulang, istirahat, dan menyembuhkan diri.

ia menghubungi neneknya. senyum manis terpasang di keduanya. lily menanyakan kabar juga memberitahu kapan ia akan berangkat. tentu aja gak lupa lily menanyakan suami sang nenek alias kakeknya. tidak pernah jadi lemah, nenek bilang kakek tengah mengurus ladang.

setelah puas bercengkrama. lily mematikan panggilan dan kembali mengurus barang-barangnya.

satu pekan. itu adalah waktu yang akan dihabiskan lily di kampungnya. hanya ia yang pergi, kedua orang tuanya titip salam karena tidak bisa ikut, keduanya bekerja.

lily berangkat menggunakan pesawat. dari awal naik taksi menuju bandara, senyum gadis itu tidak pernah luntur. sangat tidak sabar untuk menghirup udara segar disana, pergi ke pantai dengan bus, berladang, memasak dengan nenek, memotret hal-hal cantik. menikmati liburan kali ini juga, seperti tahun lalu.

sekarang akhir juli, disana seharusnya sedang musim panas. lily menepuk jidatnya. *"lupa bawa sunblock." gumam lily. satu-satunya jalan adalah beli nanti.

sangat cepat, kini lily sudah menginjakkan kakinya di pulau jeju, kampungnya. ia menggiring kopernya dan naik bus. mulai dari sini ia dalam mode gadis korea.

rambutnya cepol dibiarkan sedikit berantakan. ia menggunakan kaos polos warna cream dengan celana pendek warna senada juga nike putih kesayangannya. tidak lupa kacamata bingkai emas (warna) yang selalu ia bawa karena matanya kurang baik belakangan ini.

"terimakasih paman," ucapnya kepada supir bus kemudian turun dari bus.
 
lily memilih duduk sejenak di halte bus. dari sini pun ia sudah bisa melihat gerbang selamat datang. kini ia hanya tinggal berjalan...

"halo, apa benar kamu jang lily?"
 
mendadak datang sebuah mobil abu-abu, dan jendela dibuka menampakkan pria dengan hoodie hitamnya. lily menegapkan tubuhnya sebagai reaksi pertama ketika melihat kehadiran mendadak ini.

lily lantas berdiri dan menyapa balik, "halo, benar, tapi anda siapa...?"

pria itu turun dari mobilnya kemudian memperkenalkan dirinya, "nama saya na woochan, diminta nenek untuk menjemput cucu perempuannya."

gadis itu mengangguk-angguk, kemudian meminta pria itu tunggu sebentar. ia mengeluarkan ponselnya dan menelepon sang nenek. dunia sudah semakin rawan, meski pria dihadapannya ini terlihat baik parasnya. lily tetap harus waspada. sementara pria itu setuju menunggu.
 
setelah mengonfirmasi bahwa woochan memang benar disuruh nenek untuk menjemputnya, lily setuju naik dan mereka berangkat bersama.

"ah, apa disini ada toko kosmetik?"
 
"tentu saja. mau kesana dulu?"
 
"terimakasih! maaf juga."
 
"untuk?"
 
"saya sempat curiga."
 
woochan tertawa kecil, "wajar untuk curiga."
 
mobil berjalan menjauhi desa. lily merasa berterimakasih dan tidak enak karena menghabiskan bensin pria ini. diantara mereka tidak ada yang berbicara, woochan melihat lily yang tengah menikmati angin lantas mulai memainkan musik ringan. lily menoleh dan tersenyum sekali lagi merasa berterimakasih.
 
"sedang liburan pasti?"
 
"benar, aku akan disini untuk seminggu."
 
woochan mengangguk-angguk. kemudian lily balik bertanya, "kamu kuliah di..." tanya lily hati-hati.
 
"aku tidak kuliah." jawab woochan membuat lily tak enak hati, baru lily ingin meminta maaf, woochan telah berucap lagi. "saya atlet."
 
rasa ingin tahu lily meninggi mendengar bahwa woochan adalah sebuah atlet, "boleh aku tanya kau atlet apa?" woochan tertawa terhadap tingkah menggemaskan lily, "tentu saja boleh."

"saya atlet renang."

"daebak! keren!"
 
woochan menghentikan mobilnya karena sudah sampai di depan sebuah toko kosmetik. mereka berdua turun, lily ditemani woochan masuk ke toko itu. lily mencari apa yang diperlukannya. kemudian mereka kembali ke mobil. kembali melaju menuju rumah neneknya.

"tapi apa di desa ada tempat renang? terakhir kali aku berkunjung gak ada..."

"sejak agustus tahun lalu di desa ada satu tempat buat berenang, tapi untuk para atlet."

lily mengangguk paham. mereka lanjut berbincang, keduanya sangat nyambung dalam komunikasi. hingga tak sadar sudah hampir dekat dengan tujuan.

setelah berkendara lumayan lama. akhirnya lily dan woochan sampai di tempat tujuan! lily dengan bahagia turun dari mobil dan segera memeluk neneknya.

"halmoni! apa kabar?"

"nenek sehat. yaampun cucu tambah dewasa!"

lily ketawa, "tahun kemarin lily juga main kesini kan, nek? masa sih?"

kemudian nenek melihat woochan yang tersenyum berdiri di belakang lily. nenek memanggilnya dan meminta agar mereka makan bersama, karena makan siang sudah siap.

lily mulai membantu nenek menyiapkan piring, sementara woochan membantu koper bawaan lily. mereka makan siang bersama di luar rumah duduk di papan kayu yang kokoh nan luas.

ini salah satu yang dirindukan lily. meski di musim panas, namun udara di daerah sini bersih dari polusi, terlebih banyak pohon hijau yang sedap dipandang.

"CUCU SUDAH DATANG!"

lily, woochan dan nenek menoleh melihat kakek yang lantang suaranya meski di usia tidak muda lagi. lily segera bangkit dan memeluk sang kakek.

kakek mengelus rambut sang cucu berharganya. kemudian lily mengajaknya duduk dan ikut makan.

"woochan juga disini. kapan kamu mulai tandingnya?" tanya kakek.

woochan menelan makanannya terlebih dahulu sebelum menjawab, "minggu depan, harabeoji." ia tersenyum kikuk, "rasanya sangat tegang kalau mengingat hari pertandingan nanti."

nenek memukul paha suaminya, "anak lagi makan jangan ditanya-tanyain atuh!"

woochan dan lily tertawa, "gapapa, nek." tutur woochan dengan sopan.

"boleh gak aku liat kamu berlatih sesekali? aku penasaran banget sama tempat renang disini." lily bertanya dengan semangat.

kepala woochan tergangguk, "tentu saja boleh, lusa aku berlatih."

"assa!" (hore)

mereka tertawa melihat lily dan kembali melanjutkan makan.

-👩🏻‍🎓🌱🏞️🪵🏊🏻‍♂️🌙🍊🍚👴🏻🧓🏻🌬️⛱️🌌💚🐶-

Hari pertama

"WOAH!"

ini salah satu yang dicintai lily saat pulang ke kampung. saat bangun tidur ia melihat banyak buah-buahan terutama jeruk. sang nenek suka berkebun buah-buahan. sepertinya tahun ini jeruk.

"kek, dimana nenek?"

"kebun pastinya, liat aja buah-buahan itu, lagi pada dipetik sama nenek."

lily mengambil dua jeruk. satu dikantongi di saku celana trainingnya. satunya langsung ia kupas dan memakannya sambil menghampiri nenek di kebun belakang rumah.

"nenek~ cucumu siap membantu." lily takjub melihat kebun nenek makin luas sekarang. "wah udah lama banget gak ke kebun. sekarang-- loh?"

lily kaget melihat woochan ada di kebun juga. ia tersenyum lalu mulai menghampiri pria itu yang tengah memetik jeruk.

"nenek minta dibantu." ujar woochan memberi alasan.

lily memajukan bibir bawahnya, "nek kan ada aku, kenapa minta woochan?"

"diam dan petik jeruknya saja." tutur nenek.

mereka bertiga mulai memetik buah jeruk dan memasukkannya ke dalam keranjang. karena bosan, lily mengobrol dengan woochan tentang kapan ia mulai ke desa ini. seingat lily sampai tahun lalu tidak ada anak muda seusianya.

ternyata woochan baru pindah juga dengan ayahnya enam bulan yang lalu bersama adiknya juga. untuk ibunya memang sudah menetap disini karena ia pelatih bulu tangkis di salah satu sekolah yang ada di desa.

woochan dulunya di seoul. ia sudah menyerah belajar sejak lulus sma. aslinya emang dia atlet sejak smp, namun sempat berhenti karena harapan ayahnya woochan masuk perguruan tinggi bukan fokus pada atlet. kini ia memilih fokus pada karir sebagai atlet. awalnya mereka pindah karena asma adiknya memburuk. namun berubah setelah sebulan woochan tinggal disini. gampangnya, woochan kembali merintis karir atletnya di desa ini.

"jurusanmu apa?"

"aku mengambil komunikasi."

"apa itu artinya kau pandai bicara?" gurau woochan.

lily tertawa, "tidak juga. bahkan aku tidak tahu kedepannya mau jadi apa."

"temukan jalanmu pelan-pelan, semangat lily!" mereka tersenyum lebar setelahnya.

mereka berempat berkeringat setelah memetik buah di kebun—ah kalo kakek mengurus tanaman liar yang ada di halaman. di halaman rumah luas yang masih bentuk tradisional ini. lily berbaring untuk menghilangkan gerahnya, pun dengan woochan yang juga berbaring di teras kayu rumah nenek.

"woochan-ah. coba kau ambil makanan samson di dapur. udah waktunya dia makan." ujar kakek yang juga tengah duduk berteduh merasakan angin musim panas di teras rumahnya.

woochan segera bangun dari tidurnya, "ah, sudah waktunya samson makan ya?" tutur woochan bermonolog

"samson? siapa?" tanya lily tidak tahu

"anak anjing." jawab nenek.

"SERIUS?"

"kau mau ikut beri makan?" woochan mengajak lily dengan nada pertanyaan.

"apa perlu bertanya?" lily bersemangat dan bangkit mengikuti woochan.

mereka memasuki rumah tetangga yang menaungi samson. lily merasa heran.

"mereka dari awal tidak ingin merawat anak anjing, samson sudah pernah dibujuk agar tinggal di rumah kakek. tapi dia sepertinya nyaman tidur di rumah ini. jadi mereka hanya menyediakan tempat tinggal, namun kakek dan nenek yang memberinya makan." jelas woochan panjang lebar karena paham kalau lily penasaran.

"apa kita tidak apa-apa masuk begitu saja?"

"tidak masalah, kita cuman memberi makan samson."

sepertinya banyak hal baru setahun ini. liburan tahun lalu tidak ada samson, kolam renang, bahkan woochan. dalam hati kecil lily sangat penasaran apa saja yang terjadi setahun belakangan ini?

"lucu sekali, samson." lily mengusap anak anjing itu gemas. guk! anak anjing itu segera lompat ke tubuhnya, ia waspada dan menangkap tubuh kecil samson. 

"sepertinya samson suka padamu." ujar woochan.

tentu saja lily senang mendengarnya. siapa yang tidak senang jika di sukai oleh makhluk menggemaskan seperti samson?

mereka lanjut memberi makan samson tanpa banyak bicara lagi. setelah makanan habis, mereka bermain sebentar dengan samson. lily melempar pertanyaan pada anak anjing itu.

"samson, mau ke rumah nenek dan kakek tidak?" tanya lily meski entah samson paham bahasa manusia.

guk!

apa itu artinya oke?

lily mencoba berdiri dan berjalan menuju rumah kakek. ia terkesan saat samson juga mengikutinya ke rumah kakek.

"lily... kau benar-benar membuatku terkesan." jujur woochan.

senyum lebar terpasang pada wajahnya, "aku juga kaget, ku kira samson tidak akan mengikuti."

mereka memutuskan untuk membawa samson jalan-jalan. melewati beberapa toko yang ada di sekitar sini. toko bunga, toko kamera, toko perabot.

"omong-omong kenapa hari ini gak berlatih?"

"istirahat. tiga puluh menit sebelum kita ketemu di halte kemarin, aku baru selesai latihan. tubuhku akan hancur jika terus dipaksa."

lily menganggukkan kepalanya. betul juga.

"apa aku dibolehkan pelatihmu untuk melihat latihan?"

"kemarin aku bertanya, boleh katanya, tenang saja, dia orang yang ramah."

"oh iya, lawanmu siapa saja di pertandingan nanti?"

"satu jeju. jika lolos, aku akan lanjut melawan daegu, busan, bahkan seoul."

lily meraih jeruk yang ada di sakunya, memberikannya kepada woochan, ingin menyemangati, "aku yakin kamu lolos." ucapnya kemudian berjalan lebih dahulu dengan samson.

woochan tersenyum kikuk, namun juga berharap itu terjadi, "semoga saja." ia menggenggam erat jeruk itu merasa berterimakasih telah didukung.

mereka pulang sore hari setelah puas membawa samson jalan-jalan.

-👩🏻‍🎓🌱🏞️🪵🏊🏻‍♂️🌙🍊🍚👴🏻🧓🏻🌬️⛱️🌌💚🐶-

hari kedua.

woochan sudah menunggu di depan rumah kakek nenek dengan sepedanya. akhirnya lily keluar rumah meski lama, itu juga harus dibangunin nenek. kalau enggak gak bangun-bangun sampe besok harinya.

"maaf, aku lama banget ya?"

woochan mengangguk, "jam mulai latihan aku 10 menit lagi."

lily merasa tidak enak, "harusnya tinggalin aja kalo aku kelamaan, maaf ya."

pria itu tersenyum kemudian menepuk sepedanya, "makanya aku bawa ini."

"LETS GOOO!"

segera lily naik ke belakang sepeda woochan. dengan sepeda, woochan mengantar lily dan dirinya sendiri menuju tempat latihan.

tangan lily berpegangan pada jok yang woochan tempati. sudah lily duga akan sesejuk ini. pagi hari di jeju pada musim panas, jalanan mulus, kanan-kiri pemandangan hijau. hal-hal seperti ini merupakan definisi healing bagi lily.

dalam waktu tepat 10 menit mereka sampai di tempat woochan dan seorang temannya berlatih, yang sudah siap dengan atribut renangnya dan tentu saja pelatih sang atlet. ada dua atlet dari daerah ini. woochan pernah cerita ketika mengajak samson jalan-jalan kemarin.

setelah sampai. woochan buru-buru mengganti bajunya dan menyuruh lily duduk di bangku yang ada dekat kolam renang. lily menyapa mereka bersikap sopan. ia bersikap tertib dan sebisa mungkin untuk tidak mengganggu latihan para atlet.

woochan kembali dengan atribut renang. mereka memulai latihan intensifnya, dari pemanasan hingga terjun ke kolam renang. lily terkesan akan betapa cekatan keduanya dalam berenang. memulai start hingga menuju finish dalam waktu yang singkat.

setelah 2 jam berlatih, pelatih membiarkan mereka berdua beristirahat. lily memberi air mineral untuk woochan dan seojun— teman woochan.

"asalmu dari mana?" tanya seojun sebelum menegak air mineral itu.

"aku lahir di korea, namun besar di indonesia." jawab lily ramah.

"bosan ya?" tanya woochan dengan tawa ringan yang jenaka.

lily mengangguk, "mungkin karena lama. tapi jujur aku terkesan sama kemampuan kalian!" jawabnya jujur.

"bagaimana kalau kau pergi ke laut? tidak begitu jauh dari sini kok." seojun memberi saran agar lily tidak bosan.

"iya aku tahu, dekat sini ada laut. aku juga ingin kesana. tapi tidak hari ini." lily mengambil tasnya dan menyangkutkan pada pundaknya. "aku pulang duluan ya?"

keduanya mengangguk, "hati-hati di jalan." tutur woochan dan melambai ke lily.

lily pulang jalan kaki. tidak masalah karena ia sembari memotret beberapa view cantik yang adem dilihat. ia mulai merasa lelah dan stres di dunia sibuknya sembuh perlahan.

---

woochan menunggu pelatihnya di depan pintu tempat mereka berlatih. ia hendak minta izin agar bisa pulang lebih awal besok tapi dilarang oleh sang pelatih. karena pertandingan sudah di depan mata. woochan menurut dan tidak meminta lagi.

dengan sepedanya woochan melaju menuju rumah kakek dan neneknya lily. kebetulan sekali ia melihat lily tengah duduk memandang langit malam di teras rumah.

"lily!"

lily menoleh. ada woochan disana memarkirkan sepeda kemudian menghampirinya.

"kapan kamu ke laut?"

"besok."

"aku akan menyusul. tunggu aku nanti ya?"

entah kenapa lily melihat bahwa woochan tengah risau akan sesuatu. ia tersenyum dan menyetujui, "jangan khawatir besok kita berangkat bersama. kapan kau selesai berlatih?"

senyum sumringah woochan tidak dapat dikendalikan. ia kira jam latihannya akan jadi masalah, untung saja tidak, "jam empat sore."

"jam empat sore waktu yang tepat buat pergi ke laut, nanti aku datang ke tempatmu berlatih."

-👩🏻‍🎓🌱🏞️🪵🏊🏻‍♂️🌙🍊🍚👴🏻🧓🏻🌬️⛱️🌌💚🐶-

hari ketiga.

setelah latihan mandiri yang ketat, woochan segera membenahi diri dari atribut renangnya. segera membawa dirinya keluar dari tempatnya berlatih. "duluan ya!" ujar woochan kepada seojun yang masih merapikan diri.

matanya segera melihat ada lily yang sudah menunggu disana, "lily!"

dengan senyuman, lily melambai ke arah woochan, "cepat, aku ingin segera melihat laut!" seru lily sehingga woochan mempercepat langkahnya.

mereka dengan sepeda melaju ke laut sekalian melihat matahari terbenam. lily berpegangan pada baju woochan, sesekali ia memotret jalanan sekitar. Disini, jalanan pun sangat cantik untuk disia-siakan panoramanya.

"lily."

"iya?"

"apa tahun depan kau akan kembali?"

"aku kurang tahu. namun aku ingin kembali lagi kesini."

"beritahu aku jika kau berhalangan kembali kesini."

lily tertawa ringan, "memangnya kenapa? mau mengunjungi aku di indonesia?"

"iya, mau." jawab woochan tanpa ragu.

jawaban woochan hampir membuat lily tertegun, "baiklah, kita tetap saling terhubung meski aku pulang nanti ya?"

woochan tidak lagi menjawab, hanya senyuman yang terukir disana. mereka menghabiskan sisa perjalanan dalam diam, menikmati angin sepoi-sepoi.

meski lily baru mengenal woochan dalam tiga hari, namun woochan sendiri telah mengenal lily berbulan-bulan lalu. thanks to nenek yang sudah menceritakan mengenai cucunya setiap hari.

---

"WAA! BADA-DA!"

lily berlari girang saat melihat laut yang luas nan indah di depan matanya. tak percaya akhirnya ia bisa kembali ke laut.

"mau aku fotoin?"

"boleh? terimakasih kalau begitu!"

woochan menerima ponsel yang diberikan oleh lily. kemudian lily mendekat ke air seraya bergaya, sementara woochan membidik foto gadis di depannya dengan sukacita. ia hampir membidik seratus foto.

kemudian keduanya menghadap laut, tidak ada yang bicara. angin berhembus meniup rambut keduanya. sampai suara kruyuk dari perut lily membuat keduanya saling menatap dan tertawa.

"ayo makan sesuatu." ajak woochan.

kemudian mereka bergegas mencari makanan tusuk yang ada di dekat laut. mereka ingin makanan praktis, tanpa dimasak atau perlu menunggu waktu lama, sehingga bisa menikmati matahari terbenam nantinya.

banyak yang mereka beli. odeng, jenisan hot bar, twigim, dan hot dog kentang. woochan hampir tidak percaya lily akan membeli semua itu.

mereka duduk dipasir yang sudah dialaskan dengan karpet. menikmati makanan dengan lahap. woochan tidak bisa makan terlalu banyak, jadi ia hanya memakan tiga tusuk makanan kemudian membiarkan lily makan dengan lahap.

woochan mengeluarkan kamera analog yang diam-diam ia bawa dari rumahnya. ini benda kesayangan ayahnya, woochan akan menggunakannya dengan bijak.

"lily, coba lihat kesini."

cekrek!

terpotretlah lily yang tengah makan odeng dengan kamera analog woochan. lily membuka matanya lebar-lebar melihat kamera analog itu. ini bukan kamera analog modern yang terbaru melainkan benar-benar kamera analog jadul yang langka. lily tidak bisa berhenti berucap 'woah' dari bibirnya dan lagi-lagi itu berhasil membuat woochan tersenyum lebar.

"boleh aku coba membidik sekali?" pinta lily berharap pada woochan.

"boleh, tapi hanya sekali ya? ini punya ayah."

lily mengangguk antusias mengambil kamera itu dari tangan woochan. ia kemudian melihat-lihat objek apa yang akan dibidiknya, lily sangat berhati-hati karena hanya punya satu kesempatan membidik.

hampir sepuluh menit lily berkeliling untuk memutuskan objek apa yang harus ia bidik. akhirnya ia memutuskan untuk woochan yang tengah duduk sambil menatap laut, "objek yang sempurna." gumamnya tanpa sadar. lily membidik woochan diam-diam dengan finger heart tangannya sendiri yang ia hadirkan.

lalu lily kembali menghampiri woochan, "apa aku bisa mengambil cetaknya?"

woochan menoleh, dan mengangguk, "nanti aku kerjakan."

"terimaka- oh lihat! mataharinya mulai tenggelam."


-👩🏻‍🎓🌱🏞️🪵🏊🏻‍♂️🌙🍊🍚👴🏻🧓🏻🌬️⛱️🌌💚🐶-

hari keempat.

"lily!"

lily yang tengah menyiram tanaman menoleh saat mendengar suara woochan memanggil. "woochan-a! hari ini tidak latihan?"

"ada tapi nanti sore, hari ini pelatih suruh kita istirahat."

lily mengangguk-angguk paham, "lalu kenapa kesini? bukannya istirahat di rumah? hari ini aku juga akan seharian di rumah nenek."

woochan tersenyum kikuk, "gak masalah, ini juga disebut istirahat kok. aku bawa adik hari ini, gak masalah kan?"

"adik?" mata lily terbelak dan mencari-cari keberadaan adik perempuan woochan.

"minji-ya!" panggil woochan dan akhirnya minji terlihat keluar dari persembunyian dibelakang dinding.

lily tersenyum dan mematikan air selang, kemudian ia jongkok memanggil minji. "minji-ya, ayo sini." panggilnya ramah.

"halo, kak." salam minji ramah.

"lucu banget. umur kamu berapa?"

"phal-nyeon." jawab minji seraya menunjukkan angka delapan pada jari-jarinya. (8 tahun)

lily mencubit pelan pipi minji, "minji mau makan jeruk?" tanya lily. adik woochan mengangguk-angguk, lily mengajaknya duduk di teras dan mengambilkan beberapa jeruk untuk minji.

mereka bercengkrama hangat ketika nenek dan kakek juga pulang ke rumah. ketika siang hari nenek dan lily menyiapkan makanan rumah, sore harinya mereka bermain kejar-kejaran dengan selang air sebagai 'hujan-hujanan', tidak lupa mengajak samson— anak anjing yang menggemaskan itu, di halaman rumah nenek dan kakek.

ah, woochan tidak bisa ikut bermain karena harus berlatih. ia menitipkan minji dan mengatakan akan menjemputnya setelah selesai nanti. "kakak akan jemput nanti, minji jangan nakal ya?"

minji memberi hormat pada kakaknya menandakan ia akan menurut. karena gemas, woochan mencium pipi adiknya kemudian pergi dengan sepedanya untuk berlatih.

selama waktu berjalan, lily menemani minji bermain, sesekali gantian dengan kakek atau nenek. namun mereka berdua sepertinya lelah karena mengurus kebun.

beberapa jam kemudian, saat woochan kembali menjemput minji. "minji-ya, ayo, waktunya pulang." gadis kecil ini tidak ingin pulang.

"minji mau menginap disini!"

"apa?"

---

woochan melihat adiknya yang sudah tidur di rumah neneknya lily. hari ini ibu dan ayahnya pergi ke rumah nenek mereka karena sedang mengurusi kepindahannya juga, rencananya ia akan membawa neneknya woochan dan minji tinggal juga di desa.

awalnya sang nenek tetap ingin tinggal di seoul, meski desa disini pilihan tepat untuk kesehatannya, itu karena anak termudanya masih belum kerja dan sendirian. dan sebulan yang lalu untunglah anak termudanya ini mendapat kerja serta jodohnya dalam waktu berdekatan.

jadi kini ibu dan ayahnya lumayan sibuk membantu kepindahannya.

lily menghampiri woochan yang duduk di teras seraya membawakan cokelat panas. "ini memang musim panas, tapi sekarang lagi hujan. apa gak dingin malem-malem di luar gini?"

woochan tersenyum dan mengambil cokelat panas yang dibawakan lily. "tadi bintangnya lumayan banyak."

"iya? yaampun sayang banget aku gak sempet lihat."

"iya kamu telat." ujar woochan jenaka.

keduanya menyesap cokelat panas itu tanpa obrolan apapun, ini bukan kecanggungan.

"lusa aku bertanding."

"aku ingat."

"lalu bisa kamu hadir nanti?"

lily menoleh kearah woochan, "tentu saja."

"aku akan mengirimkan alamat tempat bertandingnya nanti. kau perlu naik bus."

lily mengangguk paham. ia melirik kearah woochan yang nampaknya gugup, "kamu gugup dengan pertandingannya?"

woochan membenarkan, "tentu saja aku gugup."

"kamu akan melakukannya dengan baik. aku jamin itu."

woochan tertawa kecil, jujur ini membuatnya sedikit tenang. "terima kasih banyak."

lima menit diisi keheningan dengan tetesan air sisa hujan yang sudah mereda. woochan kembali bersuara karena penasaran.

"aku... aku ingin bercerita banyak."

"ceritakan saja."

"sangat-sangat banyak."

lily tertawa ringan, "baik pak, saya akan mendengarkan dengan seksama."

"apa kau punya kekasih?"

hujan berhenti.

lily menoleh kepada woochan, lumayan kaget, "kenapa memangnya?"

"aku gak akan melangkah dan banyak cerita, jika kamu punya."

lily menjawab ragu-ragu, "aku gak punya."

woochan mengangguk-angguk, "oh hujannya berhenti." lily beralih melihat langit. "lihat deh, langitnya mulai kelihatan bintang lagi."

seharusnya ini jadi canggung, tapi kenapa rasanya tidak canggung sama sekali?

sebentar, lily menarik ucapannya, tiba-tiba sekali suasana berubah 180 derajat.

sesaat ada kupu-kupu berterbangan di perut lily ketika woochan tidak sengaja mendekatkan bahu dengan lily dan menunjuk bintang disana. "bintang yang itu terang banget padahal ukurannya kecil dari yang lainnya."

dengan senyum yang melihatkan giginya, woochan bersuara, "besok aku bawakan cetak fotonya." ia kemudian menoleh. lily tidak berani menoleh juga.

"lily." panggil woochan.

apa lily harus menoleh? o-oke.

ketika lily menoleh, ia dapat melihat senyuman woochan. "ternyata objek kamu itu aku ya?"

lily mengangguk pelan, membenarkan.

woochan menjauhkan bahunya dari bahu lily, "sudah malam, tidur sana."

"duluan saja, cokelat panas aku belum habis." ujar lily meminta agar woochan tidur terlebih dahulu.

pria itu mengerutkan alisnya, "aku beneran gak bisa nemenin, udah malam dan besok ada latihan pagi, ly." tutur woochan yang benar-benar gak bisa menunda waktu tidur lagi.

"iya duluan sana hehe." balas lily dengan sangat canggung.

yaampun, lily harus gimana?

sudah lama sejak ia merasakan hal-hal seperti ini lagi.

-👩🏻‍🎓🌱🏞️🪵🏊🏻‍♂️🌙🍊🍚👴🏻🧓🏻🌬️⛱️🌌💚🐶-

hari kelima dan ini gila.

apa mungkin seseorang bisa terlihat berbeda dalam semalam? padahal tidak ada yang berubah secara fisik.

semalam kakek nenek tentu tidur di kamarnya. minji tidur di kamar bersama lily dan woochan tidur di ruangan tengah sendiri.

nenek dan kakek tentu saja sudah bangun sedari tadi. lily dan minji keluar dari kamar. gadis kecil itu segera menghampiri kakaknya yang masih terlelap, lebih tepatnya lompat keatas tubuh kakaknya yang masih terbalut selimut.

rambut acak woochan, dan masih memeluk guling. minji membuka paksa selimutnya, "kakak bangun!! siap-siap latihan!"

bukannya bangun, woochan malah memeluk adiknya dan tidur. lily tersenyum, mereka berdua sangat menggemaskan.

"kak lily bantuin minji! tolong!!"

akhirnya lily turun tangan untuk membangunkan woochan, ia membantu melepaskan minji dari dekapan kakaknya. minji lari dari sana setelah lepas dari kakaknya. lily kembali tertawa.

"woochan, ayo bangun. katanya ada latihan."

"jam berapa?" tanya woochan yang masih menutupi wajahnya dengan bantal.

"udah jam tujuh."

"nanti, lima belas menit lagi."

"yaudah, aku nemenin minji dulu ya."

lily beranjak dari sana, menghampiri minji yang berlarian di halaman rumah. setelah lily jauh, woochan mengintip sedikit.

sudah, aman.

lily sudah lumayan jauh.

woochan pelan-pelan membereskan area tidurnya dan mengambil tas hitamnya kemudian pergi mengendap-endap seperti maling, menuju tempat latihan dengan sepedanya tanpa mandi atau bersiap-siap lebih dahulu.

ia mampir membeli kopi di kafe sebelah toko bunga untuk membiarkan dirinya tetap terjaga. woochan kembali melaju menuju tempat berlatihnya.

ia bertemu seojun di depan tempat berlatih. seojun melihatnya dengan tatapan aneh, "kopi tiba-tiba?"

"aku hanya tidur satu jam."

seojun memukul lengannya segera, "gila ya? besok udah d-day, jaga pola tidur, makan sama kesehatan!"

woochan menghela napasnya dalam-dalam. memikirkan kenapa ia melakukan itu tiba-tiba, berlagak menunjuk bintang demi bisa lebih dekat dengan lily. 

sepertinya bukan hanya lily. namun woochan juga tidak bisa tidur.

---

ini latihan yang paling membuat woochan lelah. mungkin karena gugup, woochan jadi berlatih lebih keras. untung saja latihannya lancar hari ini. ia berhasil mematahkan rekornya sendiri.

ia bersepeda menuju rumahnya terlebih dahulu untuk menaruh sepedanya sekaligus mengambil hasil cetak manual dari kamera analog ayahnya.

"mau jemput minji?"

"iya mah."

kedua orang tuanya sudah pulang, bahkan nenek woochan sudah datang.

"oh iya, ajak cucunya kakek jang untuk makan malem disini."

langkah woochan terhenti, ia menoleh kearah ibunya, "ajak lily kesini?"

sang ibu mengangguk.

woochan mengangguk, "woochan coba."

ia berlari menuju rumah itu. terlihat lily dan minji masih bermain berdua. di teras, lily tengah membuat cepol di kepala minji seperti lily yang juga dicepol rambutnya.

"minji, lily." panggil woochan seraya mendekat.

keduanya menoleh. minji beranjak dari duduknya dan berteriak 'oppa' sambil memeluk sang kakak.

"ayo pulang minji, oh iya, lily, kakek sama nenek dimana?"

"disini." yang ditanya muncul tiba-tiba. nenek dengan baju santainya keluar dan ikut duduk di teras. "kenapa, nak?"

"itu.. ibu ngajak lily makan malam di rumah."

"bawa saja."

lily melirik woochan dan neneknya bergantian, "oke."

akhirnya mereka bertiga berjalan menuju rumah woochan. jarak antara rumah nenek dengan woochan tidak jauh. jika berjalan hanya memakan lima menit lamanya.

"ly, itu mamah."

"selamat malam, tante."

mereka mulai makan malam. ternyata masakan ibunya woochan selezat masakan nenek, tapi nenek lebih lezat 30 persen, tentu saja.

lily cukup kaget melihat ternyata ibunya woochan sangat ramah. mendengar bahwa ibu woochan seorang pelatih atlet bulu tangkis di sekolah menengah disini. jadi lily pikir beliau akan lumayan tegas dan galak. namun 180 derajat lily salah.

mereka mengobrol banyak meski tengah makan. ibunya woochan juga bercerita gimana woochan bisa balik jadi atlet sepenuhnya. woochan sebenarnya sangat berbakat dalam berenang, hanya sudah lama saja tidak dilatih. jadi besok benar-benar pertandingan pertamanya setelah sekian lama.

lily juga bercerita latar belakangnya, bagaimana bisa pindah ke indonesia.

"gimana pendapat kamu tentang woochan?"

uhuk!

lily terbatuk-batuk mendengar pertanyaan ibunya woochan.

"mah, pertanyaanya disaring tolong."

"kenapa? mamah cuman tanya tuh? emang kalian ada hubungan istimewa sampe neng lily batuk begitu?"

lily menggelengkan tangannya di depan menyangkal pernyataan ibu woochan, "kami gak ada hubungan apa-apa, tante. temen kok, dia banyak banget bantuin aku."

saat sang ibu melihat ekspresi woochan yang berubah agak kecewa, detik itu juga ibunya bisa menyimpulkan. dia tidak bertanya banyak lagi dan kembali melanjutkan makan malam dengan tenang.

kemungkinan pertama, woochan belum membuat step apapun dan kecewa sendiri. kemungkinan kedua, anaknya sudah membuat step namun belum membuahkan hasil.

kesimpulan pasti, melihat woochan yang selalu bercerita sedikit demi sedikit tentang cucu kakek jang ini, setiap hari mulai seminggu yang lalu sejak kedatangannya, dipastikan anak lelakinya ini ada ketertarikan kepada jang lily.

"woochan nanti anterin lily pulang."

gadis itu hampir ingin menolak, namun woochan duluan oke. akhirnya woochan mengantar lily ke rumahnya.

"maaf ya ngerepotin, padahal deket banget."

"gapapa, aku malah suka direpotin."

"huh?"

langkah woochan terhenti, lily pun ikut berhenti. "kan udah aku bilang, aku bakal buat langkah kalo kamu gak lagi bareng siapapun." woochan berdecak, "tadi keribetan, intinya aku suka kamu."

lily tidak tahu bagaimana harus merespon. bukan karena gak pernah terlibat dalam romantisme seperti ini. namun untuk seseorang yang baru berteman lima hari dengannya, lily bingung apa ini wajar atau enggak.

"aku serius. mungkin kamu pikir ini gak wajar padahal baru beberapa hari kita ketemu secara langsung. tapi aku udah kenal kamu dari lama."

"maksudnya?"

"nenek selalu cerita cucu perempuannya, kamu. seminggu setelah pindah ke sini enam bulan lalu, aku terus denger kamu dari cerita nenek. aku udah kenal kamu dari enam bulan yang lalu."

woochan menghela napas, "maaf kalo kamu jadinya kaget. tapi kamu tetep jadi dateng di pertandingan aku kan?"

lily mengangguk perlahan.

pria itu tersenyum lebar sampai giginya terlihat. "kalau begitu, masuk sana, udah di depan rumah."

"ah, iya, udah sampe." entah lily kenapa. ia bahkan tidak fokus dan sadar kalau sejak berhenti tadi, ia dan woochan sudah sampai rumah.

woochan mengacak rambut lily, "aku pulang dulu, selamat malam."

blank banget rasanya.

-👩🏻‍🎓🌱🏞️🪵🏊🏻‍♂️🌙🍊🍚👴🏻🧓🏻🌬️⛱️🌌💚🐶-

hari keenam.

lily membuka matanya dan hal pertama yang ia lakukan adalah menghela napas panjang. ia termenung, ini tidak seperti dirinya. tting! pesan masuk dari woochan yang berisikan alamat tempatnya bertanding dan jam pertandingannya.

dengan lututnya, ia berjalan menuju kaca yang ada di sebelah alas tidurnya. ia mengikat rambutnya kuncir kuda dan menguatkan tekadnya.

jam satu nanti pertandingan bagian woochan. ia mulai bersiap, memakai riasan, dan mengambil bando dengan kertas bertuliskan NA WOOCHAN yang kemarin ia buat dengan minji.

setelah izin kepada kakek nenek. lily menaiki bus dan berangkat untuk menyemangati woochan. ia menaiki bus, di dalam bus, sesekali ia melihat jam tangannya. 30 menit sebelum pertandingan dimulai.

tangannya rada dingin, bukan hanya masalah pribadinya dengan woochan, namun jujur, ia gugup akan pertandingan woochan. ia harap pria itu bisa menang, lily melihat bagaimana usaha keras pria itu, lily sungguh-sungguh berharap woochan berhasil hari ini.

sisa tiga menit. lily segera berlari memasuki stadium renang. di tempat duduk para penonton, ia dapat melihat woochan yang tengah duduk di bangku depan kolam renang.

"NA WOOCHAN!"

semua menoleh kearahnya. lily tidak peduli. "SEMANGAT!"

disana, woochan tersenyum sumringah. ia kira lily tidak akan datang. matanya hampir tidak lepas melihat lily yang tengah berjalan menghampiri ibu, ayah, nenek, dan adiknya yang ada beberapa jarak darinya. pemandu lomba mengarahkan agar para atlet mulai bersiap, para atlet mulai bertanding sengit.

---

woochan jadi kebanggaan desa dalam sehari. ia jadi juara dan akan melanjutkan pertandingan melawan daegu, busan, gwangju bahkan seoul di pertandingan selanjutnya.

suasana hati di desa kecil ini sedang baik. lily memilih untuk menunggu waktu terbaik untuk bicara pada woochan.

well, lily tidak yakin akan bisa bicara dengan woochan, karena ada party kecil-kecilan yang dadakan karena woochan dan seojun lanjut bertanding.

mereka makan bersama, ada sekitar 35 orang di desa ini, dari sore hingga malam. baik lily atau woochan kehilangan kesempatan bicara satu sama lain.

mereka bernyanyi, menonton layar tancap, dan makan bersama. meski tidak bisa bicara dengan woochan saat ini. senggaknya pesta kecil-kecilan ini membuat lily terhibur.

pesta selesai pukul 22.00, satu persatu pulang kerumahnya masing-masing. lily membantu sedikit. ia benar-benar baru selesai pukul 22.30

"jang lily."

"aduh kaget!"

"jangan ngelamun."

"aku gak ngelamun, chan!" lily menghela disertai tawa kecilnya, "kamu gak capek apa? abis tanding loh, langsung ikut pesta kayak gini. tapi seru sih pestanya."

woochan menggeleng, "gak capek." ia duduk di sebelah lily. "hari ini aku gak ngobrol sama kamu."

"ya karena kamu sibuk, gapapa, kita gak perlu ngobrol tiap hari juga."

"perlu!"

lily membeku.

"lusa kamu udah pulang, waktu aku bareng kamu tinggal sebentar. aku udah bilang kan? aku serius." tutur woochan lagi.

lagi-lagi seperti ada kupu-kupu di perut lily. dan woochan pun begitu. lily tersenyum manis. "mau jeruk?"

lily memberikan tiga buah jeruk kepada woochan. "oke, aku juga mau bicara."

"pertama, silahkan kalau mau deketin aku, tapi aku susah diraih loh ya?" tuturnya seraya tertawa jenaka. "kedua, jangan terburu-buru. mungkin kamu udah kenal aku lama, tapi aku baru seminggu kenal kamu, aku tipe yang gak suka buru-buru, kasih aku waktu buat kenal kamu, oke?"

woochan mengangguk menurut, "ketiga, na woochan, kalo kamu emang serius, janji jangan baik ke semua orang, itu tipe yang paling aku gak suka." lily menghela napas, "sayang banget, kamu kegantengan."

"kegantengan?"

lily mengangguk, "tipe ideal kebanyakan gadis." balasnya cemberut.

"tapi aku sukanya-"

"ck, oho! dibilang jangan buru-buru."

woochan tertawa kecil, "iya-iya, besok rencananya ngapain?"

"mau cari oleh-oleh."

"kalau gitu aku temani."

-👩🏻‍🎓🌱🏞️🪵🏊🏻‍♂️🌙🍊🍚👴🏻🧓🏻🌬️⛱️🌌💚🐶-

hari terakhir.

dengan rambut dikuncir kuda, kaos oblong putih, dan rok biru laut bercorak bunga. ia membawa tas selempang kuning cerah.

"ayo." ajak lily.

lily definisi summer di mata woochan. segala sesuatu tentangnya sangat menyegarkan. kepribadian, paras, hingga senyumannya. sebelumnya ia tidak berekspektasi apapun terhadap chapter jalinan kasihnya. ia hanya berencana mengembangkan karir atletnya.

sudah lama hatinya tidak berdebar dan hangat seperti ini. karena tidak memiliki harapan apapun, hatinya seakan beku untuk satu bagian dari hidupnya— menemukan seseorang yang membuatnya berdebar.

mereka mengelilingi jeju dengan mobil keluarga woochan. hampir semua toko mereka kunjungi, benar-benar dari pagi buta sampai sore hari. lily memborong banyak oleh-oleh untuk keluarganya di indonesia.

malam hari lily mengepak barangnya, bersiap untuk kepulangannya. niatnya woochan ingin mengantarkan lily juga, namun pelatihnya tidak mengizinkan pria itu karena akan ada latihan. mau tidak mau lily ke bandara dengan taksi.
 
woochan merasa sedih. namun, setidaknya mereka sudah bertemu sebelum lily menuju bandara.

-👩🏻‍🎓🌱🏞️🪵🏊🏻‍♂️🌙🍊🍚👴🏻🧓🏻🌬️⛱️🌌💚🐶-

rutinitas biasa kembali berlangsung, sudah setahun berlalu. lily dan woochan masih berhubungan melalui teknologi. namun gadis itu kembali sibuk dengan kuliahnya. jadi seringkali ia dihubungi, bukan menghubungi woochan duluan. bukannya sengaja, namun karena lily benar-benar kewalahan dengan rutinitasnya.

siang ini lily mengerjakan tugasnya full di rumah. keadaannya berantakan, mulai dari rambut yang belum dikeramas, baju berserakan, sampai ia belum makan dari tadi pagi. "SELESAI!"

melihat jam lily segera bergegas karena ada kuliah siang ini. ia tidak sempat keramas, alternatifnya ia membawa topi. bergegas menuju kampus dengan motor. ia selamat satu menit.

bersusah payah lily mencoba fokus dengan kelasnya, ia tidak boleh terlewat. wajar saja, lily itu punya ambisi untuk jadi lulusan terbaik. namun harus lily akui time management miliknya sangat buruk. setelah 150 menit, kelas selesai.

lily membenahi buku-bukunya dan berniat makan sebelum kelas selanjutnya. ketika menyadari sibuknya ia sekarang, lily jadi merindukan masa liburannya. pulau jeju, kakek nenek, dan woochan.

ting!

woochan
aku datang

gadis itu ngeblank sesaat ketika woochan memberi pesan seperti itu. ting! pesan lain datang.

woochan
ke kampus kamu
oh, lily berhenti
aku udah nemuin kamu

lily otomatis menghentikan langkahnya. ia melihat sekeliling penasaran apakah ada woochan di sekitar. pupil matanya membesar ketika melihat sosok woochan yang benar-benar ada di hadapannya.

pria itu tersenyum, "aku menjuarai pertandingan lagi, kini pertandingannya akan lebih sengit satu korea. kamu apa kabar?" tanya woochan.

"kamu beneran dateng?"

woochan mengangguk, "waktu itu kan udah bilang. kalau kamu berhalangan dateng, aku yang bakal dateng."

"i miss you so much, chan."

"aku juga kangen." woochan meraih tangan lily. "kata orang tua kamu, kamu belum makan, kan? makan siang dulu, yuk."

"kamu ke rumah?"

"iyalah lily. masa aku dateng gak ada tujuan." ucap woochan dengan candaan.

"liburan?"

woochan mengangguk. "kali ini bakal jadi liburannya na woochan, ly. ily." ucapnya membuat lily jantungan tiba-tiba. apa di korea juga tau singkatan i love you?

baru saja woochan mengajak lily melangkah, gadis itu berhenti. "orang korea tau singkatan ily juga, kah?"

"ibu kamu yang ngajarin pas aku baru aja dateng ke depan rumah." woochan menjawab.

si gadis tertawa lepas, "sini aku bisikin." woochan sedikit menekuk kaki agar lily dapat meraih telinganya.

"ily too."

selesai.

-👩🏻‍🎓🌱🏞️🪵🏊🏻‍♂️🌙🍊🍚👴🏻🧓🏻🌬️⛱️🌌💚🐶-

daebak: wah (ungkapan takjub)
halmoni: nenek
harabeoji: kakek
bada: laut
assa: yes, hore, asyik
phal-nyeon: 8-tahun

ada satu dialog dengan * di sekitarnya, mau nandain aja kalo itu si tokoh sedang berbicara dalam bahasa indonesia, dan yang tidak si tokoh sedang bicara bahasa korea.

Postingan Populer